My Coldest CEO

28| Passionate Visit (21+)



28| Passionate Visit (21+)

0Untuk yang usianya belum mencukupi, di harapkan lebih bijak untuk memilih standar novel yang akan di baca. Terimakasih atas seluruh perhatiannya, selamat membaca :red_heart:     

//     

Menghentikan mobil mahalnya di depan halaman rumah yang baru kemarin ia kunjungi. Tujuannya masih sama, bertemu dengan seorang wanita yang selalu menunda-nunda penawaran dari dirinya. Keluar dari mobil tersebut, lalu menatap rumah yang menurut pengakuan Felia milik Azrell. Akhirnya ia tahu pengertian 'rumah kedua' yang terkadang di ucapkan oleh mantan kekasihnya tersebut, masuk akal.     

Melonggarkan dasi yang melingkari lehernya, lalu mulai turun dari mobil bersama dengan tas kerjanya. Tanpa banyak berbasa-basi, ia melangkahkan kakinya untuk memutari rumah supaya ke halaman belakang, tempat rumah sederhana milik Felia berada.     

Ia sama sekali tidak memberikan kabar kepada wanita tersebut tentang kedatangannya. Ya sepertinya sedikit menyesal sih, bagaimana kalau nanti Azrell datang atau tiba-tiba memang sudah ada di sini bersama dengan seseorang yang ingin ia kunjungi?     

Langit sudah berganti warna menjadi jingga, ia memang suka pulang telat dan ya sudah pasti hal itu kini memberikan keuntungan tersendiri bagi dirinya. Mengingat pekerjaan Felia yang tuntas bersamaan dengan pamitnya mentari, jadi kepulangannya yang telat merupakan poin plus.     

Tok     

Tok     

Tok     

Mengetuk pintu yang kini sudah berada di hadapannya, ia menarik dasi sampai terlepas dari leher. Kini, Leo berlagak layaknya seorang suami yang baru pulang kerja dan berharap di sambut dengan sangat hangat oleh wanita tercinta.     

Tidak ada satu menit, pintu tersebut langsung saja terbuka lebar. Menampilkan tubuh Felia yang sudah menegang, menatap ke arahnya dengan mata yang membelalak.     

"Hai, selamat sore menjelang malam." ucapnya sambil masuk ke dalam rumah sederhana ini, lalu menutup pintunya kembali.     

Kedatangannya tentu saja membuat Felia terkejut setengah mati, tanpa ada angin dan kabar yang memberitahu sang empunya rumah tiba-tiba saja ia sudah sampai dan parahnya sudah menginjakkan kaki sampai satu atap dengan wanita tersebut.     

"T-tuan Leo? kenapa sudah hampir malam malah mampir ke rumah ku?" tanya Felia. Ia sudah berhasil mengembalikan kesadarannya dengan mengerjapkan kedua bola mata yang beberapa detik lalu membelalak lebar.     

Leo hanya mengangkat bahunya, ia berjalan ke arah nakas untuk menaruh tas kerjanya ke sana lalu melepas tuxedo plus kemeja yang berada di tubuhnya, begitu juga dengan celana kerja yang berwarna hitam senada. Mengisahkan kaos polos berwarna hitam, mencetak dada bidangnya yang memang sungguh sial karena merupakan pemandangan yang menjadi daya tarik bagi Felia.     

"Tidak apa, sekedar mampir saja kok. Lagipula saya sudah bersih-bersih di kantor,"     

"Di toilet, Tuan?"     

"Tentu saja tidak, saya memiliki fasilitas kamar mandi sendiri dan ruang tidur di lantai kekuasaan saya."     

Felia yang mendengar itu merasa takjub jika pada kenyataannya, Leo itu bukanlah laki-laki kaya. Tapi dia adalah The Richest CEO yang sesungguhnya. "Pasti Tuan ingin menanyakan hal sama seperti sebelumnya, iya kan?" tanyanya yang sudah menebak alasan kenapa laki-laki tersebut bisa datang ke sini untuk yang... kedua kali?     

Perlu di acungi ibu hari karena Leo sangat tidak pernah memandang penampilan seseorang hanya dari harta yang di miliki saja.     

Leo yang baru saja menggantung pakaian kerjanya di gantungan yang terletak tepat di sebelah ini langsung saja menolehkan kepalanya ke arah Felia dengan kekehan kecil. "Iya, salah satunya itu. Tapi sedikit melenceng dari perkiraan kamu," ucapnya yang menggelengkan kepala karena tebakan Felia memang tidak tepat.     

"Lalu apa, Tuan?"     

"Saya ingin sup, tapi sup rumahan yang sederhana. Saya pikir kamu bisa membuatkannya untuk saya, soalnya masakan bara selalu terasa bintang lima." ucapnya, menjawab pertanyaan dengan nada kebingungan yang di lontarkan oleh Leo.     

Menaikkan sebelah alisnya, Felia merasa bingung dengan Leo yang selalu bertingkah random. Terkadang memaksa dirinya untuk di traktir, bahkan tiba-tiba saja dengan alasan seperti itu minta untuk di buatkan sup.     

"Bisa saja, Tuan. Sekalian makan malam, beruntung karena Tuan Sam tidak pulang ke rumah hari ini."     

"Memangnya kalau dia pulang, masalah? bilang saja kalau saya ini kekasihmu, selesai."     

"Tidak semudah itu, Tuan. Kamu pikir aku hidup di sini gratis? tentu saja aku memiliki pengeluaran layaknya orang lain."     

Leo yang mendengar itu menganggukan kepalanya, ia cukup percaya dengan apa yang dikatakan oleh Felia karena memang wanita tersebut benar-benar tidak bisa jika di biayai oleh orang lain kecuali di paksa, sudah pasti itu beda lagi ceritanya.     

"Jadi, kamu ingin membuatkan sup untuk saya?" tanyanya yang memastikan kembali kalau Felia tidak bermain-main. Ia meneliti raut wajah wanita tersebut, terlihat kesungguhan kalau dia memang sangat serius dalam berucap.     

Felia menganggukkan kepalanya, "Tentu saja. Oh atau mungkin Tuan tidak percaya kalau aku bisa memasak? Memangnya selama ini aku makan dengan makanan instan sekali makan, begitu?" tanyanya sambil menaruh kedua tangannya tepat di pinggang, menatap Leo dengan tatapan yang sebal seolah-olah dia adalah seorang kriminal karena mengatakan ingin memasak untuk menu makan malam dua orang.     

"Bukan begitu, maksud saya kebanyakan wanita enggan berada di dekat kompor. Jangankan mendekat, pasti memegang pisau saja tidak bisa." Tenang saja, pandangan setiap laki-laki itu beraneka ragam tentang para wanita. Jadi, ia tidak berniat mencela atau apapun itu.     

"Jangan aku bukan salah satu dari 'kebanyakan wanita' yang kamu maksud." ucap Felia, menentang perkataan Leo dengan nada yang sedikit di tekan. Memangnya siapa yang menyuruh laki-laki tersebut untuk menyamakan dirinya dengan para wanita lain yang sudah pernah berkencan dengan Leo? tentu saja jauh berbeda.     

Leo menatap wajah Felia yang tampak terlihat urat-urat kecil pertanda wanita itu sedang kesal. Tiba-tiba saja, kedua manik matanya terfokus menatap kedua gundukan kembar di balik tanktop yang melekat di tubuh Felia. Tunggu, kenapa titik fokusnya malah mengarah ke sana?     

Mencoba menggelengkan kepalanya, ia tidak ingin hasrat laki-lakinya tersulut dengan seorang wanita yang baru di temui tiga hari ini. Bahkan, Azrell yang memiliki tubuh sangat sempurna nyaris tanpa celah kekurangan pun dirinya tidak berminat.     

Dan sialnya lagi, Leo baru sadar kalau saat ini Felia hanya memakai tanktop dengan hotpants bahan.     

Meneguk salivanya dengan kasar, lalu mendengus kecil. "Baiklah, saya percaya." ucapnya. Dengan si junior yang sudah mulai menegang di bawah sana, ia lebih memutuskan untuk pergi ke atas kasur untuk menonton televisi.     

Felia yang melihat keanehan Leo pun langsung menaikkan sebelah alisnya, tidak biasa melihat laki-laki tersebut yang mengalah dalam adu perkataan seperti ini. "Hei, apa Tuan marah pada ku?" tanyanya sambil menghampiri Leo yang baru ingin menjatuhkan tubuh di atas kasur miliknya.     

Sedangkan Leo? matanya kembali terfokus pada kedua daging kembar tepat berada di tengah dada Felia. Entah kenapa, daging tumbuh yang lezat menghasilkan susu itu seperti menyapanya dengan genit, seolah-olah mengejek dirinya.     

"Tidak ada masalah, hanya saja salah satu bagian tubuh mu mengejek saya."     

Felia mengerjapkan kedua bola matanya berkali-kali, ia tidak paham dengan apa yang diucapkan oleh Leo. "Bagian tubuh ku? Maksud Tuan apa? aku bahkan sama sekali tidak mengejek mu, Tuan." ucapnya dengan nada lugu. Berhenti tepat di tepi kasur, berhadapan langsung dengan Leo yang sudah duduk di tepian kasurnya.     

"Itu," ucap Leo dengan menunjuk dada Felia dengan dagunya. Entah kenapa ia seberani ini, tapi bagaimana bisa nafsu di tahan-tahan apalagi dengan situasi yang mendukung seperti ini.     

Felia mengerjapkan kedua bola matanya, menoleh ke arah yang tadi di tunjukkan oleh Leo. Ia mengerti kemana aba-aba itu, lalu langsung saja dadanya berdesir hangat.     

"Ah maaf saya lancang,"     

"Bagaimana caranya 'dia' meledek dirimu, Tuan?"     

Entah kenapa Felia juga menjadi penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Leo. Ia menatap laki-laki tersebut dengan mata yang berkilat penasaran, lalu menurunkan pandangan ke dadanya untuk melihat barang berharga yang memang tidak pernah di perlihatkan pada siapapun.     

Leo menatap Felia dengan sangat lembut, namun terlihat sebuah tatapan menggelora.     

Tiba-tiba saja, tangannya langsung meraih pinggang ramping tersebut. Menempelkan bibir sexy miliknya ke bibir mungil wanita tersebut. Melumatnya dengan sangat ganas dan bergairah. Jangan salahkan dirinya karena kini, kejantanan yang sudah lama tidak di sentuh siapapun bangkit kembali dengan urat yang membuatnya seolah-olah berdiri tegak menyesakkan boxer.     

"Aswwhh j-jang-han meng-githit ku,"     

Felia meringis kala merasakan bibir bawahnya yang digigit oleh Leo karena ia hanya berdiam diri saja. Belum lagi, kini posisinya sudah berada di bawah laki-laki tersebut dengan kewanitaan yang terasa sedang di gesek secara perlahan dengan sesuatu yang mulai menegang milik Leo.     

Tiba-tiba saja, Leo melepaskan lumatan mereka. "Akan saya ajarkan bagaimana caranya berciuman, pelajari dan rasakan sensasinya." ucapnya dengan suara yang tercekat di ujung tenggorokan, ditambah juga nada serak pertanda gairah.     

Belum sempat membalas ucapan Leo, bibir mungil milik Felia kembali di lumat. Namun kali ini lebih pelan dan sangat lembut. Tangan laki-laki tersebut juga tidak cukup diam, tapi kini sudah meremas dengan perlahan kedua gundukan kembar yang menjadi pusat perhatian.     

"Awshhh, sa-sakit Tuan.."     

Antara ingin protes dan mendesah, itu lah yang dirasakan oleh Felia pada saat ini. Ia merasakan sesuatu yang berdesir hebat, menjalar ke setiap arus yang berada di tubuhnya. Sungguh, kalau boleh jujur ini adalah sensasi yang nikmat.     

Mendengar ucapan Felia dengan suara yang mendesah seperti itu, tentu saja membuat hasrat Leo bertambah besar. Ia segera menaikkan tanktop yang melekat di tubuh Felia, terlihat kedua gundukan tersebut di balik bra berenda. Tanpa ingin berbasa-basi, ia langsung saja menurunkan bra tersebut dan tangannya mulai aktif memainkan benda kental berbentuk bulan yang masing-masing berada di tengah-tengah gundukan tersebut.     

Lagi-lagi, melepas lumatan mereka lalu Leo menatap Felia yang terengah-engah karena memang hal seperti ini adalah yang pertama kali bagi dirinya.     

"Sangat indah," ucapnya kala seluruh pandangannya terarah pada gundukan kembar milik Felia yang sangat tampak menggiurkan.     

"Aku malu, Tuan."     

"Tidak perlu malu, kamu hanya perlu diam dan rasakan saja. Saya tidak akan memasuki mu, tapi saya akan memuaskan mu saya berjanji sayang."     

Pada detik selanjutnya, mulut sexy milik Leo langsung sana mengabsen gundukan tersebut tanpa ampun. Mengeluarkan lidahnya untuk menjilati dada yang padat tersebut, lalu berakhir menghisapnya seperti bayi yang kehausan.     

"Awshhh, T-tuan. Ken-kenapa rasanya aku ingin pipis? sepertinya sekarang aku perlu ke awhhh kamar mandi."     

"Tidak perlu sayang, keluarkan saja. Nanti saya saja yang akan membersihkannya dengan mulut,"     

Mendengarnya saja membuat bulu kuduk Felia merinding, tubuhnya saat ini menggelinjang hebat akibat Leo yang sedang bermain-main dengan mahkota atas dirinya.     

"Awshhh, kenapa rasanya nikmat sekali Tuan?"     

"Karena ini adalah tugas para laki-laki,"     

Bergaya seperti roll eyes karena terlalu menikmati permainan Leo, apalagi selangkangan laki-laki tersebut kini sudah menggesek-gesek kewanitaannya, masih sama-sama terbungkus celana. Rasa nikmat itu, tidak dapat di jelaskan kecuali merasakannya sendiri...     

"Awshhh, jangan cepat-cepat, Tuan."     

"Saya akan mengajari mu, dengan perlahan dan sudah pasti akan dalam batasannya."     

"Awssss.."     

Leo melihat kedua bola mata Felia yang mendelik kenikmatan, justru hal itu membuat sang junior mengeras dengan urat yang tampak jelas. Bahkan harus di akui saja, celana dalamnya saat ini sudah sesak dan sedikit basah.     

"Saya berjanji setelah ini tidak akan membiarkan laki-laki manapun menjadi milik mu tepat pada hari ini, Felia. Karena aku yang akan menjaga mu..."     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.